Persiapan Pertemuan Akbar Alumni PSPBSI

Panitia Pertemuan Majelis Alumni sedang melakukan rapat koordinasi di Kantor Haluan Riau Pekanbaru. (mir/13).

Kampus PSPBSI

Mahasiswa PSPBSI sedang melaksanakan seminar di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (rich/09).

Pertemuan Penulis Serumpun

Pembicara dari Indonesia Prof. Suwardi MS, Tenas Effendi, dan moderator Abel Tasman, sedang memaparkan makalah pada Pertemuan Penulis Serupun. Kegiatan ini dihari oleh penulis dari Indonesia dan Malaysia. (rich/09).

Makan Bersama

Mahasiswa PSPBSI tampak makan bersama di sela-sela aktivitas kuliah. (rich/09).

TIM Akreditasi Nasional

TIM BAN sedang melakukan verifikasi di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Akreditasi PSPBSI saat ini 'B'. (ipul/2013).

Jumat, 28 Agustus 2009

Tim Muhibah Berlatih Silat ke Baturijal

Memupuk Kebersamaan

BATURIJAL (Puskalam)—Untuk mendapatkan pelatihan yang maksimal tentang silat tradisi, maka hampir seluruh tim muhibah bertandang ke Baturijal pada 8-9 Agustus 2009. Sebanyak 17 orang tim termasuk penyelenggara kegiatan dengan menggunakan bus Universitas Riau dan mobil X Trail milik ketua dan penanggung jawab kegiatan.

Perjalanan yang melelahkan fisik namun menyenangkan hati itu bertolak dari Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan (P22KK) UR, usai latihan rutin pukul 16.00 WIB. Demi menjaga hitmad serta indahnya perjalanan, bus yang berkecepatan tinggi itu disetting sedemikian rupa menjadi pelan sehingga terkesan menikmati romantisme perjalanan.

Jelas terasa, selama perjalanan yang seyogyanya ditempuh dengan waktu kurang lebih 4,5 jam itu akhirnya mencapai finish hampir 9 jam. Sangat melelahkan, namun sekali lagi asyik. Indah, walau ada yang mabuk dan mual-mual. Yang lebih menarik, sepanjang perjalanan bertolak dari Pekanbaru, peserta dan tim panitia yang ada di bus, tidak henti-hentinya berlatih. Mulai dari lagu kayat, koba, pantun, syair dan berpuisi serta cerita-cerita dan anekdot lainnya dimainkan, kecuali tari. Karena memang tak ada ruang untuk itu. Jika ada tempat barangkali sudah banyak yang mendaftar. Itupun sempat dilarang, takut terjadi apa-apa, sebab busnya sudah mulai bergoyang.

Namun sebaliknya, sangat bertolak belakang dengan peristiwa yang terjadi di mobil X-Trail. Semua tertidur pulas, baik dalam perjalanan keberangkatan, maupun pulang. Kata salah seorang penumpang mobil tersebut, perjalanan sangat tidak enak. Jelas saja, karena mereka tidur pulas. Pemilik X-Trail juga mengungkapkan hal senada, ’’Saya tersiksa di dalam mobil itu. Bukannya terjadi hal-hal yang indah, malahan menyedihkan, mereka tidur pulas. Jika tahu seperti itu, lebih baik satu bus saja,’’ ungkapnya sambil tersenyum.

Rumah makan Nilam Sari di Sorek kontan saja menghentikan perjalanan yang sedang tanggung itu. Semua peserta tampak senang, gembira karena sesuatu yang ditunggu-tunggu akhirnya tercipta juga. Makan malam. Semua peserta mendapat hidangan yang lebih layak di ruang VIP RM Nilam Sari. Walau ada beberapa orang yang memilih makan di ruang biasa, itupun dikarenakan ada seorang dosen bahasa Jepang UR yang tak bisa di ruang ber AC. Ternyata setelah ditelusuri karena diperjalanan di sudah muntah-muntah.
Hampir pukul 23.00 WIB rombongan tiba di tempat tujuan Kampung Danau Baturijal yang merupakan salah satu dari Kenegerian Tiga Lorong. Tim disambut di sebuah rumah yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan hidangan kopi dan teh panas, tim merasa bergembira melepas penat. Sambil terus bercerita, tentang perjalanan yang baru saja dilalui. Satu persatu mulai mengambil posisi sambil meluruskan tubuh merapat kehamparan tikar yang telah disiapkan. Senyap, tidur.

Pagi-pagi sekali, ada yang sudah bangun, dan kebiasaan mengorok tak terlupakan. Secara berjemaah melaksanakan sholat subuh. Sambil menunggu pagi dan sarapan pagi dengan lemang pulut ketan, serta tribol-nya (goreng teri) sangat menarik selera semua peserta. Semua tertawa dan tersenyum lepas, tanpa beban. Pas pukul 09.00 WIB sesuai jadwal latihan silat dengan grub Laman Pangean yang ada di Kenegerian Baturijal telah siap-siap memperagakan apa yang mereka miliki. Tentunya setelah pepatah petitih dan sekapur sirih disampaikan.

Sampai siang, grub silat pangean Kenegerian Baturijal memperagakan, usai makan siang, dilanjutkan dengan mentransfer ilmu kepada tim muhibah. Tim sangat puas, karena jadwal makan siang ada di dua tempat secara bersamaan. Di kediaman tempat berlatih silat dan satu lagi di rumah orang tua Winda Suci Pratiwi di Peranap. Ada yang berpikir, jangan makan kenyang dulu, nanti ada lagi. Sebagian lagi, isi dulu nanti pasti akan ada tempat jua untuk yang kedua. Ternyata itu semua membuahkan kisah yang tak terhingga.

Sorenya, latihan kembali dilanjutkan. Hingga menjelang magrib. Dilanjutkan makan malam. O bukan. Ada cerita yang terlupakan, mandi bersama di sungai Baturijal. Ternyata itu hanya mimpi saja, karena sehabis berfoto bersama di pulau pasir tepi sungai, semua terpaksa kembali ketempat pertunjukkan. Karena menurut instruksi Ketua dan Penanggung jawab waktu hanya diperbolehkan 30 menit saja. Pada hal beberapa orang telah buka baju dan menceburkan diri ke sungai yang terasa hangat-hangat kuku itu. Berbagai hayal dan harap hilang dalam angan para peserta yang tengah kepalang basah itu.

Baru dilanjutkan dengan sholat magrib bersama dan makan malam. Hidangan kampung yang sangat alami. Membuat peserta muhibah betah berlama-lama tinggal di sana. Kemudian latihan dilanjutkan, walau dipenghujung prosesi latihan terjadi pengarahan, namun tidak mengurangi kebersamaan antara tim dan grub silat tradisi beserta tuan rumah. Tepat pukul 22.00 WIB rombongan kembali bertolak ke Pekanbaru. Namun sebelumnya, tim sempat berkunjung ke posko mahasiswa KKN UR yang sedang menjalani tugas kampus tersebut sekitar 20 menit. Akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan suka cita yang mendalam. Kontan saja, suara para peserta telah habis dan tubuh terasa sulit untuk digerakkan karena kelelahan. Lagi-lagi RM Nilam Sari di Sorek menghentikan perjalanan pulang. Semua peserta kembali istirahat menikmati hidangan tengah malam sekitar pukul 00.00 WIB. Walau ada yang tidak turun dari mobil karena kelelahan. Seribu cerita lahir dari perjalanan itu, dan itu merupakan kenangan yang sulit dilupakan sebagian peserta, karena sebagian lainnya banyak tidur.

Setibanya di Pekanbaru sekitar pukul 04.00 WIB menjelang subuh. Ada yang langsung pulang kerumah masing-masing ada yang menunggu jemputan dan banyak yang sudah terkapar di ruang olah seni P2KK UR. (mir-the real malay)

Rabu, 12 Agustus 2009

Foto-foto Latihan Silat di Baturijal Indragiri Hulu





Sabtu, 08 Agustus 2009

Diah Vita Loka

Pekanbaru, kota tempat gadis yang akrab disapa Vita ini di lahirkan, tepatnya, 11 Juni 1989. Ia dilahirkan dari pasangan bahagia Drs. Jamhuri Sami dan Darmatis, S.Pd. Mereka memberi nama Diah Vita Loka.

Karena tuntutan tugas orang tua-nya beserta keluarga lainnya terpaksa hijrah dari Pekanbaru ke kota Duri. Vita menamatkan Sekolah Dasar di SDN 001 Kecamatan Duri. Alumni SMP N 2 Duri ini mengaku sangat mencintai budaya Melayu. Sejak AMP dirinya banyak mengikuti lomba. Vita menamatkan SMA N 1 Duri pada tahun 2007 lalu. Dengan berbagai prestasi akhinya Vita di terima di Universitas Riau Melalui jalur PBUD.

Saat ini dia tengah sibuk menjalani studi di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau pada Jurusan Bahasa Jepang. Menjadi kehormatan baginya diterima dalam program Revitalisi Pendidikan Tinggi Seni bagi Perguruan Tinggi Non Seni, yang diselenggarakan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) program hibah bersaing dimenangkan Universitas Riau dengan tawaran program Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati.


Armi Susanti

Panggil aku Susan. Begitu gadis Kuansing ingin disapa. Nama lengkapnya Armi Susanti, ada juga yang memanggilnya Armi. Ia mengaku, tak terlalu menghiraukan apapun panggilan terhadapnya. ‘’Terserah orang memanggilku dengan sebutan apa, yang penting aku punya nama dan orang pun mengenalku’’, katanya.

Gadis manis ini lahir pada 24 September 1990 di Cerenti Kuantan Singingi dari pasangan Haryati dan Hermis. Susan adalah anak yang pertama dari empat bersaudara. Tiga perempuan dan satu laki-laki. Ia mengaku sangat menyayangi adik-adiknya yang tercinta.

Menurut Susan orang tuanya dulu sewaktu dia masih kecil ia selalu diejek oleh orang-orang disekelilingnya bahwa dirinya sangat bodoh. Karena terlalu lambat untuk bisa berbicara secara normal. Sebab apa yang dia katakan orang-orang pasti tidak mengerti. Dia mengaku sering bermimpi kapan dia menjadi orang yang dibanggakan orang tuanya.

Tuhan mendengar doaku. Susan memiliki bakat yang tidak pernah ia sadari sebelumnya. Aku mempunyai bakat menyanyi dan menari. Dulu ibunya juga penari. Paling tidak dari bakat inilah dia bisa mewujudkan kemanggaan orang tuanya. Tidak itu saja, Susan juga berprestasi disekolahnya.

Sesungguhnya apa yang kuharapkan didunia ini adalah kebahagiaan dari orang tuaku. Tiada guna jika aku menjadi orang hebat tetapi orang-orang terdekatku tidak ada disampingku. Sekarang di umurku yang sebentar lagi akan menginjak 19 tahun, aku mempunyai harapan dalam hidupku semoga aku dapat membahagiakan kedua orang tuaku. Itu saja yang ku inginkan didunia ini, tidak ada hal yang lain kuinginkan di dunia ini. Terima kasih ibu dan ayah.


Kamis, 06 Agustus 2009

FIB Dibahas Komisi Pendidikan Senat UR

PEKANBARU (Puskalam)-Pendirian Fakultas Ilmu Budaya (FIB) menemui titik terang. Rektor Universitas Riau (UR) melalui Pembantu Rektor II Dr Yanuar menerangkan pendirian FIB sudah disetujui waktu rapat DPH pada 22 Juli 2009 lalu. Sekarang dalam proses pengajuan ke rapat senat UR pada 12 Agustus minggu depan.

“Pendirian FIB sudah disetujui dewan pimpinan harian, minggu depan masuk ke rapat senat universitas,” jelas Yanuar kepada press, kamis (6/8) di Batam via telepon.

Meski pendirian FIB sudah ditunggu-tunggu masyarakat dan budayawan di Riau, namun pihak rektorat lebih terkesan hati-hati. Dalam kaitan itu DR Yanuar membantah, “Pendirian FIB sudah pasti, namun mesti melalui tahap-tahap prosedural,” katanya di hadapan Tim Muhibah Seni Budaya Universitas Riau yang akan berangkat ke Singapura, Malaysia dan Thailand.

Menurut dosen Fisika UR ini, proposal yang sudah disusun oleh Tim Inisiator yang diketuai Drs. Elmustian Rahman, MA akan diberikan ke komisi pendidikan senat untuk dibahas. “Pihak inisiator harus menunggu undangan sekretaris senat UR. Nanti pihak komisi pendidikan senat akan mengesahkan Tim FIB dan pihak tim inisiator diminta menjelaskan ke komisi tersebut,” jelas pria yang hobi memelihara burung perkutut ini.

Pendirian FIB mendapatkan perhatian dari Mendiknas, Bambang Sudibyo dalam pembicaraan langsung dengan Rektor Universitas Riau. Pada November 2008, menteri mengusulkan Universitas Riau sebagai lembaga akademis membangun wadah yang dapat menampung keunggulan dan citra Melayu yang diharapkan dapat ditonjolkan ke tingkat dunia, yaitu budaya dan seni Melayu.

Prof. Dr. Lilik Hendrajaya, mantan Rektor ITB, staf ahli Dikti, pada kesempatan evaluasi Hibah Bersaing Seni Budaya pada 15 Mei 2009 lalu, menginstruksikan agar Universitas Riau mendirikan badan akademis yang di dalamnya termasuk mengembangkan kajian Seni dan Budaya Melayu.

Ketua Tim Inisiator, Drs Elmustian Rahman, MA berpendapat, pendirian FIB didasari oleh keprihatinan yang mendalam bagi Indonesia yang menggambarkan rendahnya daya saing dalam seni dan budaya Melayu, seperti terkesan dari peristiwa yang ditimbulkan oleh Malaysia, misalnya berbagai budaya dan seni Melayu Riau dianggap sebagai milik dan berasal dari Malaysia.

“Masih amat terbatas para pakar, aktivis dan pelaku seni budaya Melayu, terutama untuk mengembangkan ekonomi dan industri kreatif yang sedang digalakkan oleh pemerintah, kata penyusun eksiklopedia budaya Melayu Riau ini.

Sungguhpun usaha dan karya sporadis telah dilakukan, namun kenyataannya belum mampu menuntaskan tantangan dan peluanng yang begitu besar bagi merevitalisasi dan mendayagunakan budaya Melayu secara berkesinambungan dan berkelanjutan.
FIB, dapat menampung dan mewadahi kegiatan yang berkaitan dengan upaya memajukan dan mengembangkan budaya dan seni Melayu. FIB untuk pemeliharaan, memajukembangkan, dan menghasilkan produksi budaya dan seni Melayu yang sekaligus menunjang berkembangnya ekonomi dan industri kreatif. FIB dianggap sangat perlu dan tepat berada di lingkungan Universitas Riau, karena lebih memenuhi berbagai persyaratan yang diperlukan dan mempunyai prospek yang cerah di masa depan.

Menurut Elmustian lagi, “FIB nantinya melingkupi bidang ilmu sejarah, falsafah, seni dan sastra, maka kelangkaan para ilmuwan, pakar, peneliti dan pelaku dalam bidang kebudayaan, sejarah, falsafah, dan sastra yang profesional akan dapat diatasi,” jelas Ketua Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan UR ini. “Apalagi sampai saat ini baik di Indonesia dan khususnya di Sumatera, apalagi di Riau memang masih amat terbatas antropolog, sejarawan, filosof, arkeolog, ilmuwan, peneliti dan pengusaha ekonomi dan industri kreatif, khususnya yang berbasiskan kebudayaan Melayu.” [el-the real malay]

Rabu, 05 Agustus 2009

Download


1. Mata Kuliah

2. Artikel

3. Opini

4. Tugas Mahasiswa

Mata Kuliah

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Riau


Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Drs. Elmustian Rahman, M.A.

Profil
Mata Kuliah
1. Mata Kuliah Apresiasi Prosa Fiksi
2. Filologi

Drs. Abdul Jalil, M.Pd.
Profil
Mata Kuliah
1. Sejarah Sastra
2. Pengantar Jurnalistik

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA & SASTRA JEPANG

Arza Aibonotika, S.S., M.Si.
Profil
Mata Kuliah
1.
2.

Lulu
Profil
Mata Kuliah
1.
2.


A

Rektor Jadikan Tim Muhibah UR go Internasional

PEKANBARU (Puskalam)-Rektor Universitas Riau (UR) melalui Pembantu Rektor UR II Dr. Yanuar menjadikan rombongan Muhibah seni-budaya Melayu Riau menjadi sanggar kesenian UR yang go internasional. Pernyataan ini dinyatakan ketika tim muhibah beraudiensi dengan pihak Rektor di Kampus Binawidya (4/8) kemarin.

Dalam kaitan itu Tim muhibah Sabtu, 8 hingga 10 Agustus mendatang akan belajar silat tradisi dan kayat di Baturijal dan Sentajo. Hal tersebut disampaikan Ketua/Penanggung jawab Drs Elmustian Rahman, M.A Senin (4/8) di Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyaratan Universitas Riau.

“Rektor melalui PR II Dr. Yanuar, M.Si menyambut baik, usulan kita untuk menjadikan tim muhibah dibentuk sebuah sanggar yang memenuhi standar internasional untuk menjadi percontohan di UR dan Riau umumnya. Pihak rektorat akan mendukung penuh, setiap kegiatan muhibah demi pencapaian visi UR kedepannya,’’ papar El sapaan akrab dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UR itu.

Bahkan, dalam waktu dekat ini pihak rektorat mendukung keberangkatan tim muhibah ke Baturijal untuk mempelajari atau berlatih silat tradisi. Selain ke Baturijal, tim juga akan ke Sentajo untuk menyaksikan Randai dan Kayat. Dengan memberikan fasilitas bus kepada tim demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Yanuar, memberikan motivasi dan apresiasi tinggi kepada P2KK yang telah menjalani prosesi audisi pemilihan mahasiswa berbakat untuk diberangkatkan ketiga negara tersebut, dalam program Muhibah Seni Budaya Melayu: Melayu Sejati.

Selain itu, pihak rektorat akan membantu anggaran diluar dana komitmen yang 10 persen untuk tim muhibah, dari anggaran Rp.500 juta yang dialokasikan pusat untuk program hibah bersaing tersebut. Bantuan itu berupa dana fasilitas latihan dan pertunjukkan. ‘’Kita selalu komit. Apalagi ini kegiatan yang mengharumkan nama Universitas Riau (UR),’’ ungkapnya serius.

Di sisi lain, ketua/penanggung jawab Tim Muhibah Elmustian Rahman engatakan, bahwa tidak ada alokasi anggaran diluar keberangkatan. ‘’Semua untuk biaya keberangkatan, jadi kita ketetran untuk proses latihan dan perlengkapannya. Terpaksalah ngutang sana ngutang sini. Pinjam sana, pinjam sini. Namun sejauh ini kita masih mampu menanggulanginya, khusus untuk pembelian kain dan keberangkatan latihan silat tradisi kas kita di P2KK habis,’’ ungkapnya.

‘’Selain itu, kita juga mendidik mereka menjadi multi talenta. Bisa memainkan lima genre kesenian Melayu Riau, seperti kayat, Koba, Pantun, Syair dan Tari. Serta memainkan alat-alat musiknya. Untuk tari saja ada tiga jenis, yakni tari Lambak, Zapin tradisi, dan silat tradisi. Kemudian, kita nantinya juga akan mengajarkan workshop kepribadian. Jadi mereka akan tau bagaimana bersikap layaknya orang-orang yang terpelajar. Nanti akan kita undang, istri-istri pejabat Melayu Riau ini bagaimana seorang perempuan dan pemuda melayu dalam kesehariannya dan bergaul,’’ jelasnya. [amir-the real malay]

Puisi-Puisi Amirullah II

TAK

Tak seorangpun mampu membunuh asa ini
Tak satupun ciptaan-Nya bisa melepaskan sayang ini
Tak satupun kata bisa menghapus bayangmu dari hati ini
Kalaupun mereka mau
Ia hanya bisa melukai hati ini
Namun
Sayang ini hanya padamu
Dan langkah akan tetap berjalan
Jika senyum itu masih ada
Tuk menuntunnya
Sungguh dengan anginpun aku engga berbagi
Saat ia membelai wajahmu
Namun hanya diam

PENANTIAN

Bunyi itu bagai dering petir menyambar
Saat telpon genggam memeluk telinganyamu
Ya aku merasa kaku seperti es
Hanya mampu menatap
Tak mampu berkata-kata
Sebab
Itu suara seberang
Yang selalu membuai anganmu
Ya aku bisa apa
Hanya bisa menelan lara
Sebab
Itu suara dari seberang
Ia seperti petir menyambar ulu hati
Aku terdiam
Aku terus menunggu senyum itu
Iapun tersenyumlah
Walau lelah menanti
Bagaikan mata pisau yang menyayat nadi
Belum ini punah
Jika cayahaya masih menyapa


MENGAPA

Mengapa tak biarkan lidah jujur pada bibir
Karena hati terus meronta
Inilah kenyataan
Hidup diantara dua hati
Mungkin ini bukan sebuah harap
Sebab
Hati lain sudah lama betenger di dahan rindum
Namun hati ini mengajarimu bersikap
Menntunmu memilih
Walau ia rapuh tuk rai hatimu
Saat ini
Aku membatu kelu
Menanti senyum itu


BENALU

Jangan kau jadikan aku benalu
Seperti duri dalam dagingmu
Yang menghentak menyiksamu
Setiap saat
Jangan jadikan aku benalu
Bagai pengganggu tidurmu
Yang membuyarkan mimpimu
Tiap kali tidurmu
Jangan aku kau jadikan benalu
Ibarat engkau melenggak lenggok di panggungmu
Yang menghentikan langkahmu
Aku hanya mau menjadi penuntun langkahmu

SAJADAH HIDUP

Telah Ku bentangkan kisah
Alam semesta jadi saksinya
Telah Ku pahatkan tujuan
Akal pikiran jadi walinya
Namun kau tetap memilih ke timur
Utara
Selatan
Bahkan memilih ke barat
Seperti Aku ini tak ada di hatimu
Apa gunanya semua itu
Termasuk engkau sendiri
Jangan tunggu Aku merakit kesengsaraan
Karena Aku ini maha penyayang
Kalianpun telah Aku lebihkan
Dari pencatat amal


sms Teman Wanita
Padaku


Dan kitapun akan menjalani hidup masing-masing
Aku terlalu cepat membunuh
Dan kau
Terlalu cepat berangkat

Tetapi nafas itu terlalu sulit ku mengerti
Disela-sela diam kita

Dan karena diam adalah menunggu
Maka
Akhirnya adalah sesuatu yang terlambat


31 Juli 2009 ketika sore…

Yenni Delfita Sari

Lahir di Pekanbaru pada 2 Februari 1990. Ia diberi nama Yenni Delfita Sari. Gadis yang pantang menyerah ini akrab di sapa Yenni. Anak pertama dari empat bersaudara. ‘’Saya terlahir dari keluarga yang sederhana, ayah seorang Pegawai Negeri Sipil dan ibu saya seorang ibu rumah tangga,’’ paparnya. Gadis berkulit putih dengan lesung pipi ini kuliah di Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, angkatan 2007.

Yeni mengaku sangat hobi menari. Sejak kecil gadis eksotik ini sudah sering ikut perlombaan Tari. Menari sudah menjadi bagian dari hidupnya. “Saya ingin menumbuhkan profesionalisme tari, khususnya di bidang tari Melayu,” aku anak pasangan Uzar S.Sos, M.Si. dan Nurhayati Nasution yang berobsesi menyandingkan Bali dan Riau. “Untuk mengembangkan bakat saya, saya bergabung di sanggar. Segudang event telah diikuti.

Saat ada audisi yang diselenggarakan P2KK Universitas Riau ini, dengan program Muhibah Seni Budaya Melayu: Melayu Sejati, gadis sedikit pendiam namun lincah disaat menari ini langsung mendaftar. Hingga akhirnya berhasil mengikuti prosesi latihan hingga terpilih untuk diberangkatkan ketiga negara serumpun, yakni Malaysia, Singapure dan Thailand.

Winda Suci Pratiwi

Dilahirkan pada 11 November 1989 dari pasangan bapak Syarius dengan ibu Raja Ermawati di Peranap, sebuah kota kecil di hulu sungai Indragiri yang penduduknya menuju arah modernisasi tanpa harus meninggalkan adat istiadat dari nenek moyangnya. Hari itu sebuah nama yang indah diberikan kedua orang tuanya yaitu Winda Suci Pratiwi.

“Winda”, demikian namanya dipanggil, memasuki usia sekolah, pindah ke Rengat bersamaan dengan kedua orang tua saya pindah tugas. “Saya disekolahkan di SD N 007 Rengat Barat. Tamat Sekolah Dasar pada 2000 melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTP Negeri I Peranap. Setelah lulus SLTP pada 2004, saya dicatat sebagai siswi SMA Negeri I Peranap dan tamat pada tahun 2007. Sekarang ini saya sedang belajar bahasa Jepang di Universitas Riau, semester lima,” papar Winda yang selalu rindu kampung halamannya ini.

Si murah senyum ini dipilih karena berbakat dalam banyak hal. Tetapi tidak muncul begitu saja, berbagai kegiatan pernah ditekuninya, antara lain di Pramuka, aktivis organisasi intra sekolah SMA, selalu ditugaskan sebagai Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di kampungnya, Peranap.

Selain itu wanita berkerudung ini juga aktif menggerakkan Persatuan mahasiswa Indagirihulu 2007-2008 serta Persatuan mahasiswa Peranap 2007 hingga sekarang. “Saya ingin mahasiswa berbuat sesuatu yang besar bagi peradaban Riau ini,” ujarnya ketika terpilih menjadi tim Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: The Real Malay Universitas Riau di bawah bimbingan P2KK UR.

Selasa, 04 Agustus 2009

Latihan Zapin Tradisi Hampir Selesai

Latihan dilanjutkan ke Silat

PEKANBARU (Puskalam)-Latihan tari Zapin asal Bengkalis yang telah berlangsung dua kali latihan, telah menampakkan hasil yang maksimal. Walau ada beberapa teknih yang mesti dimatangkan lagi. Namun untuk masuk ke koreo sudah bisa ditentukan, untuk tiga kali proses latihan.

Hal tersebut disampaikan pelatih tari Zapin dari Bengkalis ini Hendra kepada Puskalam Rabu (29/09) kemarin. ‘’Untuk masuk ke dalam format sesungguhnya, atau yang disebut koreo bentuk aslinya, maka perlu beberapa kali latihan lagi. Namun sejauh ini sudah menampakkan arah yang jelas,’’ ungkapnya optimis.

Disamping itu Hendra juga mengatakan bahwa nanti dirinya akan merekomendasikan beberapa orang yang dianggap layak untuk membawakan tari zapin Bengkalis ini. Alasannya memang pada dasar bahwa tari zapin ini dibawakan oleh sejumlah orang yang sudah berlangsung turun temurun.

‘’Biasanya dibawakan delapan orang. Empat perempuan, empat laki-laki. Nanti akan saya pilih, baru kemudian saya serahkan ke tim muhibah,’’ katanya. Lebih lanjut Hendra menambahkan, namun hingga sekarang, belum terlalu terpantau dengan baik siapa-siapa saja yang akan dipilih. Tapi jelas ada. Karena yang diseleksi ini orang-orangnya sudah terukur dengan baik.

Sementara itu, pihak penyelenggara, sudah menyiapkan segala sesuatu peralatan yang diperlukan. Termasuk paspor dan yang lainnya. Sedangkan untuk mengkolaborasikan seluruh genre seni budaya yang akan dibawakan akan dilakukan seusai tari tuntas. Hal tersebut disampaikan Koordinator Teknis Latihan Amirullah, S.Pd kepada Puskalam.

‘’Usai tari clear, kita lanjut ke format latihan. Menggabungkan semua mulai dari Koba, Kayat, Tari, Pantun dan Syair. Bentuknya sedang di godok. Namun teknisnya sudah ada. Tinggal menyandingkannya saja. Kita lihat saja, bagaimana hasilnya. Kita tetap optimis, karena yang kita bawa ini adalah kesenian Melayu asli. Bukan kontemporer, atau kreasi, ia tradisi yang sarat nilai-nilai dan pesan,’’ katanya menjelaskan. [amir-the real malay]

Senin, 03 Agustus 2009

Tim Muhibah UR Siap Meriahkan Hut Kemerdekaan Singapura

Tim Muhibah Universitas Riau siap tampil pada peringatan kemerdekaan Singapura yang jatuh pada 14 Agustus mendatang, penampilan perdana Tim Muhibah ini sebagai uji coba sebelum mereka melakukan lawatan ketiga negara ASEAN pada 23-30 Oktober mendatang.

Pernyataan kesanggupan ini disampaikan Ketua Tim Muhibah UR Drs. Elmustian Rahman, M.A. ketika bertemu dengan Konsul Singapura Gavin Chay di Konsul Singapura Gedung Surya Dumai Pekanbaru (31/7). Pertemuan ini merupakan observasi awal sebelum tambil di Natyang Teknologi Univesity (NTU), Universiti Malaya Kuala Lumpur, dan Prince Songkla of University Hat Yai Thailand.

”Kita siap memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Singapura jika diminta” tutur dosen FKIP UR singkat.

Lebih lanjut mantan Direktur Unri Press ini menjelaskan, kesanggupan untuk ikut memeriahkan hari kemerdekaan Singapura merupakan bukti bahwa Tim Muhibah UR telah siap untuk menampilkan seni-budaya Melayu Riau dalam program Muhibah Seni-Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati (Visitation of the Riau Malay Art and Culture: the Real Malay) yang ditaja oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Jakarta.


”Kita telah merampungkan sesi latihan yang telah dilaksanakan lebih dari 2 bulan, semua tim telah siap baik mental maupun hal-hal yang berhubungan dengan pertunjukan, saat ini kita tengah proses pematangan saja, jika kita tampil pada hari kemerdekaan Singapura ini merupakan pemanasan saja” tutur lelaki kelahiran 16 Maret ini bangga.


Pertemuan Tim Muhibah UR dengan Konsul Singapara ini merupakan koordinasi awal sebelum pertunjukan dilakukan di Singapura. Konsul Singapura Gavin Chay dalam pertemuan tersebut menyarankan untuk berkunjung ke Malay Heritage Centre dan NUS selain melakukan pertunjukan di NTU.

“Untuk kunjungan ke Malay Heritage Centre sebaiknya bertemu dulu dengan Menteri Senior Departemen Luar Negeri, Bapak Zainal Abidin Rasyid yang berkemungkinan akan mengunjungi Pekanbaru (Konsulat Singapura-red) pada 14 Agustus 2009 untuk memperingati Hari Kemerdekaan Singapura”, jelas Gavin dengan bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Selain itu Mr. Gavin juga menyarankan untuk tampil di NUS saja dari pada di NTU, ini dikarenakan NTU merupakan univertas teknologi sedangkan NUS ada program khusus Malay Studies (kajian Melayu-red).
Pertemuan Tim Muhibah UR dengan konsul Singapura merupakan kali kedua bertemu dengan konsul negara-negara tujuan, sebelumnya beberapa hari yang lalu Tim Muhibah UR telah bertemu dengan konsul Malaysia. Pertemuan kali ini dikuti oleh ketua/penanggung jawab Drs. Elmustian Rahman, M.A. didampingi Ahmad Fadli dan Yulianti [rich-the real malay]

Puisi-Puisi Amirullah

Oleh: Amirullah

Bulan

Menerangimu menjadi mimpi memeluk pelangi
Menerangimu merupakan hidup angan alam semesta
Menerangimu adalah langkah kakiku
Menerangimu denyut nadiku
Namun
Jika cahaya itu tak cukup
Menetaplah
Jangan pernah pergi tanpa kata
Menyayangimu telah menjadi tujuan
Jangan pernah berpaling
Denga bulanpun aku enggan berbagi
Karena itu akan menjadikan ku mati
Yang membuat nadi ini terus berdenyut
Adalah senyum itu
Apa daya



Lautan Sayang

Memang aku bukan yang pertama
Menabur benih diladang yang hijau
Memang juga bukan aku yang pertama
Yang menganggapmu bulan
Dan memang bukan aku juga yang pertama menatapmu
Oh dewiku
Harapku
Jika sayang itu ada selus lautan
Berikan aku segelas saja
Tuk pelepas dahaga ini
Jika sayang itu seperti angin
Belailah sum-sum ini
Agar sesak ini merasa longgar sejenak saja
Jika sayang itu seperti asinnya lautan
Berikan padaku setetes saja
Agar aku mampu menikmati
Asinnya cintamu
tak ada lagi kata
Yang membuat lara ini jadi surga
Namun kalau sayang mu seluas lautan sisakan setetes
Jangan semua kau berikan padanya
Oh dewiku


Perang Itu

Perang itu kini masih
Lihat bosnia
Lihat afgan
Lihat iraq
Lihat batavia
Lihat palestin
Lihat indonesia
Lihatlah seluruh muslim dunia
Bom telah menjadi teman akrab kita
Tertawa pada senjata yang mereka beli dari negara adidaya
Bangga dengan diplomasi yang ditawarkan
Tersenyum melihat kepingan mayat saudaranya
Kaku pada kata damai
Semua tak bergeming
Diam
Adalah kita



Damai

Kami telah damai
Sepenggal kata-kata itu spontan membuat tertawa meringkih
Secepat itukah
Atau ini perang yang diciptakan
Atau perang buatan
Tak apalah kataku
Mereka menikmatinya
Takut berubah menjadi berani
Lemah menjadi kuat
Bodoh menjadi pintar Cuai menjadi kreatif
Perang telah merubahnya
Atau malah sebaliknya
Ini perang serabutan
Tapi tetap perang
Batin tetap menatap jauh kedepan
Angan meratap pada mimpi
yang tak kunjung iba
Ya iba
Namun ada secerca harapan saat mentari mengantar malam
Mereka tersenyum
Aku mulailah mengerti


Secawan Empedu

Tuangkan pada ku secawan empedu
Agar aku merasakan pahitnya asa mu
Sungguh keinginan ini
Mengenalmu seperti bumi mengintari matahari
Seperti bulan mengelilingi bumi
Selalu begitu
mau....

Prima Dewi Arlusy

Lahir dari pasangan Sarman Arlos dan Sulasmi gadis manis dan manja yang diberi nama Prima Dewi Arlusy. Tepatnya di Rengat Pada 17 Oktober 1989. Adik dari Riolis Bherida ini mengaku sangat mencintai Kebudayaan Melayu Riau. Itu sebabnya, ia sangat bersemangat mengikuti proses audisi yang diselenggarakan Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyaratan Universitas Riau beberapa waktu lalu.

Akhirnya iapun terpilih masuk 16 besar yang akan diberangkatkan ketiga negara yakni Malaysia, Singapura, dan Thailand untuk mengikuti program hibah bersaing yang diselenggarakan Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional (Dirjen Dikti) yang diberi nama “Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati’’. Kakak kandung Sharla Nurcindy Septrindero ini mengaku mempunyai motto dalam hidupnya, ‘’Semakin banyak gagal, maka akan semakin dekat dengan keberhasilan’’.

Wanita manis yang akrab disapa Dewi ini bercita-cita menjadi seoarang akademisi (dosen). Saat ini ia k
uliah di Jurusan Bahasa Jepang Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau semester 4. Menjadi pendidik itu sebuah cita-cita yang mulia, katanya. Sepintar dan berkuasa apapun seseorang saat ini, itu semua berkat kerja keras seorang pendidik pada masa sebelumnya.

Dewi sangat mencintai tari, boneka, dan dunia modeling. Tak terhitung lagi boneka yang sudah dikoleksinya. Dan tak terhitung juga kali berapa dia menari. Sewaktu di SMA, ia bergabung dengan sanggar tari “Adelwis” di kota Rengat, Osis dan Pramuka. Saat ini Dewi bertekad serius latihan bersama Tim Muhibah. Selain itu wanita pemilik lengsung pipi ini, juga aktif diorganisasi kedaerahan di Kabupaten Indragiri Hulu.

Fotografer: Arza Aibonotika
Lokas: Kampus UR Gobah Pekanbaru
Narasi: www.puskalam.com

Minggu, 02 Agustus 2009

Okta Fitriance

Gadis periang ini selalu tersenyum jika anda bertemu dengannya, namun bukan bearti ia selalu tersenyum tak karuan dengan siapa saja. Tapi yang jelas, dara manis kelahiran Pulau Batam 16 Oktober 1987 ini punya prinsip dengan siapa saja senyum itu diberikan! Salah satunya untuk orang-orang tersayang tutur Okta, begitu ia biasa disapa.

Perempuan yang memiliki multi talenta ini lahir dari pasangan berbahagia Efridawati dan Nursal. Okta mengaku namanya cukup memiliki makna yang filosopi “Okta Fitrianche” Okta yang artinya dilahirkan di bulan Oktober, Fitri adalah yang suci (oktober yang suci). Namun ia mengaku lebih senang dipanggil Tata. Menjadi anak ke-3 dari 4 bersaudara merupakan kebahagiaan yang tiada tara baginya.

Ada abang, kakak, dan adik yang menyempurnakan kebahagiaan gadis berkerudung ini. Sekarang ia telah berumur 21 tahun, masa dimana kedewasaan telah bertengger dipundaknya, “tak ada kata untuk bermain lagi, kalau ingin meraih cita-cita”, ujar tegas.

Terlahir dan besar di lingkungan budaya Melayu, Tata mengaku sangat mencintai budaya leluhurnya ini. Karena itulah, ketika ia melihat pengumuman penerimaan peserta Muhibah Universitas Riau, Tata tanpa aling-aling langsung tancap gas mengikuti audisi Tim Muhibah UR. Alhamdulillah! desahnya lembut ketika dinyatakan lulus sebagai Tim Muhibah.

Sehari-hari berkutat di Hubungan Internasional FISIP UR, Tata masih sempat meluangkan waktunya untuk mengukuti kegiatan di luar kampus menyalurkan bakat dan kemampuannya di dunia broadcasting, tepatnya di salah satu radio swasta di Pekanbaru CBS FM, selain penyiar ia juga seorang Program Director sekaligus merangkap menjadi Announcer.

Ketika ditanya tentang cita-cita, gadis yang memiliki motto ‘Mencintai Seni Budaya karena saya sangat menghargai sebuah Karya Sastra’ ini mengaku ingin menjadi diplomat agar bisa membela kepentingan bangsa di mata dunia internasional.

"Kalau bisa Duta Besar", akunya jujur dengan senyum yang selalu menyeruak dibibir mungilnya.



Fotografer: Arza Aibonotika
Lokasi: Pekanbaru
Narasi: www.puskalam.com



Yora

Fotografer: Arza Aibonotika
Lokasi: Kampus UR Gobah Pekanbaru


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites