Persiapan Pertemuan Akbar Alumni PSPBSI

Panitia Pertemuan Majelis Alumni sedang melakukan rapat koordinasi di Kantor Haluan Riau Pekanbaru. (mir/13).

Kampus PSPBSI

Mahasiswa PSPBSI sedang melaksanakan seminar di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (rich/09).

Pertemuan Penulis Serumpun

Pembicara dari Indonesia Prof. Suwardi MS, Tenas Effendi, dan moderator Abel Tasman, sedang memaparkan makalah pada Pertemuan Penulis Serupun. Kegiatan ini dihari oleh penulis dari Indonesia dan Malaysia. (rich/09).

Makan Bersama

Mahasiswa PSPBSI tampak makan bersama di sela-sela aktivitas kuliah. (rich/09).

TIM Akreditasi Nasional

TIM BAN sedang melakukan verifikasi di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Akreditasi PSPBSI saat ini 'B'. (ipul/2013).

Senin, 14 September 2009

Tim Muhibah Mudik Lebaran

Libur Lebih Awal

Pekanbaru (puskalam)—Tim Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati (Visitation of the Riau Malay Art and Culture: the Real Malay) terhitung sejak Sabtu, 12 September lalu, sudah dinyatakan libur. Dan seluruh tim akan kembali hadir untuk melakukan latihan lanjutan pada Senin, 28 September mendatang. Tim diliburkan lebih awal, karena mengingat kendala-kendala yang akan dialami peserta saat mudik.

Mulai dari pemesanan tiket pulang kampung (pulkam), dan jauhnya jarak yang ditempuh peserta. Seperti yang tinggal di Daek Lingga, Bengkalis, Kepulauan Riau dan lainnya. Selain itu, pertimbangan lainnya adalah jadwal latihan yang padat, latihan 5 kali dalam seminggu, sehingga peserta kelelahan. Sehingga dikhawatirkan akan menganggu kesehatan mereka.

Hal tersebut disampaikan Ketua/Penanggungjawab Muhibah Drs. Elmustian Rahman, MA, melalui Koordinator Prosesi Latihan Amirullah, S.Pd kepada Puskalam.com Minggu, (13/9) di Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan (P2KK) Universitas Riau. Amirullah menyampaikan libur lebih awal itu semata-semata hanya karena pertimbangan kelelahan peserta dan jarak kampung halaman tim muhibah.

‘’Begitulah kita sangat memperhatikan, keselamatan, kesehatan dan fisik tim agar selalu terjaga dengan baik. Walau puasa, mereka kemarin tetap latihan seperti biasa. Mendalami musik, gerak dan mencari inovasi-inovasi demi kesempurnaan pementasan Oktober mendatang di tiga negara, yakni Malaysia, Singapura dan Thailand.’’ Ujarnya.

Menurut pria berkulit gelap dan terlihat sangar itu, program hibah bersaing pemerintah pusat melalui Dirjen Dikti itu dapat terlaksana dengan baik hingga saat ini karena partisipasi seluruh tim dan semua pihak yang memberikan dukungannya secara ikhlas. Sekedar mengulas, UR adalah juara dua dari peserta yang dipilih atau hasil seleksi dari sekian ratus Perguruan Tinggi (PT) Non Seni yang ada di Indonesia yang juga ikut bersaing mendapatkan program bergengsi ini. Kita bebas memilih negara tujuan, dan kita menang itu disebabkan pusat melihat kita memiliki seal suatu yang berbeda dan lebih dari yang lainnya. ‘’Yakni kita memiliki the real Malay,’’. Ungkap pria eksotik itu.

Untuk selanjutnya, program ini dilaksanakan secara teknis oleh Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyaratan (P2KK) UR. Karena sejak awal memang usulan kunjungan ke berbagai negara tersebut dibuat dan diusulkan langsung oleh P2KK UR. Sejauh ini, presesi latihan untuk pertunjukan sudah hampir selesai. Hanya beberapa genre tinggal pematangan. Walaupun hasil dari dua pertunjukan besar, seperti di Riau Expo dan saat Buka Bersama Tim Muhibah di Hotel Pangeran beberapa waktu lalu masih kurang diberbagai sudut pementasan. Namun sudah cukup membanggakan. ‘’Kita bisa lihat senyum hangat dari setiap orang tua tim yang menghadiri buka bersama 8 September lalu,’’ ungkap Amir. (mir-the real Malay)

Sabtu, 05 September 2009

Al azhar Tunjuk Ajar Tim Muhibah UR

Jelang Berbuka

Pekanbaru (Puskalam)—Tidak hanya dibekali dengan keahlian menguasai tentang banyak kesenian Melayu Riau, musik, dan menyanyikannya, namun peserta muhibah seni juga dibekali dengan berbagai pemahaman. Pemahaman tentang bagaiaman bersikap serta pendalaman materi-materi kesenian yang akan diperagakan/dipertunjukkan di tiga negara pada 24-30 Oktober mendatang.

Selain itu, Al-azhar juga menjelaskan bagaimana perkembangan kesenian Melayu Riau dan nusantara. Bagaiamana bertutur sapa, tentang bahasa dan seni, serta bagaimana menghargai kebudayaan. Bagaimana mengatasi problem keterbatasan bahasa ditempat pertunjukkan nanti seperti di Malaysia, Singapura dan Thailand. Bagaiamana pertunjukkan itu nanti dihargai bukan atas dasar belaskasihan. Bukan hanya asal tepuk tangan.

Dijelaskannya, karena ini seni verbal, bahasa. Orang mau lihat apa, mau mengerti apa, ini kesenduan bunyi, terbalikkan. Lagu India itu sedih karena bunyi yang mendayu-dayu dan mimiknya. Sejumlah film lain, sedih tapi joget.Kalau ada musik yang dinamis, itu bersumber dari India. Bukankah, tujuan dari sebuah pertunjukan itu untuk menghibur.

Diidentifikasi ketidakmengertian penonton, apakah karena bahasa. Alihkan bahasanya. Diterjemahkan. Kalau disitu masalahnya. Arah ekspresinya kemana, kalaulah lingual, karena yang dominan tarinya (gerak), walaupun gerak itu juga bahasa. Ini dialek yang kita bawa. Bagaiamana menciptakan komunikasi dengan audien. Lisan itu sekilas saja, tetapi kalau tulis akan bertahan lama. Seni lisa akan terus berulang, penutur seni lisan akan terus berulang-ulang tampil. Banyaknya orang yang tak membaca karya sastra, tetapi dia sastrawan. Sedangkan dalam kelisanan, tidak. Dia mesti belajar dengan menonton. Makna seni-seni lisan itu kontekstual. Tertulis tercabut dari konteksnya. Dia harus mampu menembus ruang dan waktu. Seperti apa audiennya, siapa. Ini untuk memetakan Horison of expektion harapan penonton.

Tak pernah orang datang ke pertunjukkan dengan tanpa harap. Tapi penuh harap seluas-luasnya kepada pertunjukan seni. Ini mungkin kiat kita untuk memanjakan penonton. Kiat adalah tipuan yang dimaafkan. Dekontekstual (tertulis). Identifikasi dua masalah. Bahasa dan pertunjukkan. Bahasa Melayu sudah berevolusi sejak 6000 tahun lalu. Seni itu cara membuat indah, bukan keindahan. Sedang bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sedangkan masalah itu hasil, bukan cara. Bagaimana kita menyelesaikan atau mendekatinya sedangkan kita tak tahu masalahnya.

Para peserta muhibah seni terlihat antusian mengikuti proses pencerahan yang disampaikan budayawan Riau tersebut. Hal tersebut terlihat dari tingginya respon dari peserta tim muhibah. ‘’Saya ini carger (alat cas). Kalau Hp kalian itu lemah batrainya, kan di cas, maka saya juga hampir berfungsi seperti itu, ujarnya sambil tersenyum.

Diskusi pencerahan yang dilakukan secara rutin disela-sela latihan tim muhibah seni Budaya Melayu Riau, Melayu Sejati di gedung FKPMR, pada setiap Selasa dan Sabtu setiap minggunya. Pada saat Ramadhan dilakukan dari pukul 13.00 – 16.00 WIB. (mir. the real malay)


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites