Persiapan Pertemuan Akbar Alumni PSPBSI

Panitia Pertemuan Majelis Alumni sedang melakukan rapat koordinasi di Kantor Haluan Riau Pekanbaru. (mir/13).

Kampus PSPBSI

Mahasiswa PSPBSI sedang melaksanakan seminar di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. (rich/09).

Pertemuan Penulis Serumpun

Pembicara dari Indonesia Prof. Suwardi MS, Tenas Effendi, dan moderator Abel Tasman, sedang memaparkan makalah pada Pertemuan Penulis Serupun. Kegiatan ini dihari oleh penulis dari Indonesia dan Malaysia. (rich/09).

Makan Bersama

Mahasiswa PSPBSI tampak makan bersama di sela-sela aktivitas kuliah. (rich/09).

TIM Akreditasi Nasional

TIM BAN sedang melakukan verifikasi di Kampus Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Akreditasi PSPBSI saat ini 'B'. (ipul/2013).

Selasa, 13 Oktober 2009

Seni Kampung Mampu Bertanding dengan Tari Asing

Tim Muhibah UR meriahkan Launcing PSPS di SKA

PEKANBARU (Puskalam)--Tim Muhibah Seni Budaya Melayu: The Real Malay, Universitas Riau (UR) tampil memukau penonton di Mal SKA Pekanbaru. Berkali-kali penonton bertepuk histeris setiap sehabis sesi yang ditampilkan. Seni kampung yang ditampilkan memeriahkan Launcing PSPS 2009 di Mal SKA Pekanbaru (8/9) mampu bersanding dengan tarian Barat/barang impor yang dibawakan anak-anak SMA di Pekanbaru. Penampilan Tim Muhibah UR ini merupakan penampilan yang ketiga kalinya di hadapan publik sebelum melakukan muhibah di tiga negara ASEAN, Singapura, Malaysia, dan Thailand pada 24 Oktober ini.

Penampilan Tim Muhibah UR yang terkesan mendadak ini merupakan undangan resmi managemen PSPS. Tim Muhibah UR kali ini hanya menampilkan 2 genre seni-budaya Melayu Riau dari 6 genre yang akan dibawakan dalam muhibah seni-budaya Melayu Riau pada 25-30 Oktober 2009. Kedua genre tersebut adalah Tari Zapin dan Kayat.

Sementara itu Ass koordinator latihan, Amirullah, S.Pd. menyebutkan meski penampilan di Mal SKA sedikit mengalami gangguan, seperti sound system yang tidak oftimal dan panggung yang terlalu sempit namun tidak mengurangi penampilan tim. Sehingga zapin yang sedianya terdiri dari 4 pasang, hanya bisa diturunkan 3 pasang saja. Walaupun untuk memancing minat penonton kepada musik dan tari tradisi ini, sedikit terkendala. “Namun, saya pikir hal itu tak menjadi penghalang besar untuk memasarkan seni kampung tersebut,” ungkap alumni Unri ini.

Muhibah Tiga Negara
Silat, Zapin Tradisional, Joget Lambak, Pantun Batobo, koba, kayat, dan syair adalah 6 genre kesenian rakyat yang akan memeriahkan pertunjukkan di tiga negara yang akan dikunjungi. Menurut Amirullah, “sejauh ini, memang belum ada kendala berarti. Semua peserta terlihat fit, dengan latihan yang teratur. Saat ini kita latihan pada malam hari setiap malamnya. Mengingat perkuliahan dan kesibukan pengelola lainnya.”

Walau ada yang sempat terlihat sakit, setelah dilakukan cek up ke dokter ternyata hanya kelelahan saja. Hal itu tentu sangat wajar, karena jadwal latihan yang sangat padat, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tim yang diperkuat 16 orang mahasiswa terampil ini, pada mulanya tidak memiliki basic kesenian terutama kesenian tradisi. Namun, setelah dilatih dan ditata sedemikian rupa, ternyata mereka mampu melakukan semua genre kesenian yang dibawakan nanti.

Terbukti beberapa kali penampilan, belum ada penonton terlihat meninggalkan lokasi acara. Hal itu selalu dilakukan peninjauan oleh tim muhibah setiap kali ada pementasan dimanapun. “Walaupun ada, bukan karena melihat setiap yang dibawakan itu kurang menarik, tetapi karena kesibukan mereka lainnya,” jelas Amir.
Ketua dan Penanggungjawab muhibah seni, Universitas Riau, Elmustian menyebutkan, Tim Muhibah dilatih multi talenta. “Tidak hanya fisik belaka tetapi juga intelektualnya. Mereka juga dilatih agar professional dan dimatangkan intelektual mereka. Insya Allah sudah berjalan.”

Muhibah didukung oleh tim ekspert seniman profesional, Datuk F. Mogek Intan, Tim Kayat Rantau Kuantan, Silat Pangean laman Baturijal, Prof. DR. Muchtar Ahmad, M.Sc., Al azhar, Vivien, Hendra, dan sejumlah seniman Pekanbaru. Tim ini mendukung kebijakan pembangunan Riau secara simultan seperti yang dinyatakan dalam visi Riau 2020. Sebagai tindak lanjut dari kegiatan ini tim ini mendirikan Fakultas Ilmu Budaya dan sanggar seni.
Selain itu, mereka juga kita bentuk karakternya agar mampu melakukan dan merespon tantangan masa depan agar lebih siap lagi. Ini untuk membentuk karakter tersebut dan menambah wawasan mereka.

Elmustian berencana semua genre seni kampung Riau akan digarap dan dipublikasikan di luar negeri, namun saat ini yang digarap baru kesenian tradisi, seperti kayat, koba, silat, zapin, pantun batobo, joget lambak, dan syair.

“Ini komitmen kita melanjutkan kerangka besar kerja Kebudayaan Melayu Riau, mulai dari identifikasi, kemudian reidentifikasi, revitalisasi seperti mengemaskinikan produk seni kampung bersama-sama para pendukung dan khalayaknya, melindungi secara hukum produk seni kampung, hingga pada mempublikasikannya di dalam dan luar negeri,” jelas dosen FKIP UR ini. [mir: the real malay]




Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites