Sabtu, 25 Juli 2009

Bayi… Koreksilah Aku

Oleh
Amirullah

Jika itu disebut kerjasama, aku tidak melihat berhadapan dengan siapa, tetapi untuk hal tegur menegur atau memperingati dan sejenisnya, aku hanya boleh ditegur kaum satu ras. Ini adalah keputusan dalam diri. Dan sangat sulit menerima jika ia bertentangan, karena nurani bisa tersinggung olehnya. Mengapa, karena ini adalah harga diri. Apatahlagi teguran atau instruksi itu tidak bertujuan untuk kebaikan.

Istri, ia telah menjadi keluarga, maka iapun bolehlah menegur atau memperingati seorang suami. Tak pandang ia dari ras mana dan apa. Karena ia telah menjadi, saudara, teman, adik, bahkan berperan sebagai ibu.

Hanya ras Melayu yang boleh tegur atau mengkoreksi, yang lain tunggu dulu. Ini bukan persoalan satu nenek moyang, tetapi lebih pada harkat dan martabat diri sebagai penganut ras yang paling mulia, yakni Melayu. Mengapa ras ini mulia, karena ia identik bahkan persis sama dengan Islam. Jika ada ras lain yang mengatakan sama dengan pernyataan ini, itu juga merupakan hak setia insan yang ada dipermukaan bumi ini.

Memang satu keturunan yakni anak cucu Adam ‘Alaihissalam. Tetapi ada yang menjadi generasi pembunuh, pezinah, pemabuk, pendurhaka dan lain sebagainya. Walaupun diam, bukan berarti rela menerima apa yang diperintahkan oleh yang berlainnan ras. Sekali lagi, jika dalam bentuk kerjasama, apapun bentuknya akan dilakukan asal tidak bertentangan dengan kaidah batin dan keyakinan.

Maka, seorang bayi-pun boleh menegur jika memang ada yang mesti ditegurnya. Dan hati akan terasa ikhlas menerima apapun jenis teguran tersebut. Karena hati akan terasa polos menerimanya. Hanya tuhan dan bayilah yang bisa aku terima untuk melakukan perbaikan dalam diri ini. Semua itu disampaikan melalui cinta dan kasih sayang.

Jika seorang Melayu tidak lagi merasakan, iri, sakit hati, atau pasrah kepada setiap penjajahan maka aku tak lagi berada dalam jati kemalayuan itu. Karena dengan segala keterpaksaan yang paling dalam aku dengan yakin menolak semua bentuk penjajahan, apapun itu dan dari manapun. Tak terkecuali dilakukan insan Melayu sendiri.

Dengan kata lain, jika ada yang membawa setetes cinta disaat aku berada dalam perjalanan menuju-Nya, maka aku akan sangat menghargai dan menyayanginya.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites