Rabu, 22 Juli 2009

Kesenian Melayu Riau ‘’Pucuk Jala Pumpunan Ikan’’ Kebudayaan Melayu Riau

Oleh: Amirullah

Tulisan ini merupakan cenderahati dari Muhibah Seni Budaya Melayu Riau: Melayu Sejati untuk masyarakat Malaysia, Thailand, dan Singapura. Kegiatan muhibah ini ditaja oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi melalui Direktur Akademik dengan nama: Revitalisasi Pendidikan Tinggi Seni bagii Perguruan Tinggi Non Seni tahun 2009. Universitas Riau bersama empat perguruan tinggi non seni di Indonesia terpilih melaksanakan kegiatan dimaksud.

Tulisan ini sedikit menjelaskan empat bagian dari buku, yaitu Kebudayaan Riau, Masyarakat Riau, Kesenian Riau, dan Wisata Riau. Materinya merupakan kompilasi dari beberapa buku. “Kebudayaan Riau” merupakan bagian dari buku Pola Dasar Pembangunan Seni Budaya Provinsi Riau yang disusun oleh Tim yang diketuai Elmustian Rahman. Topik “Masyarakat Riau” diambil dari buku Jagad Melayu UU Hamidy mengisi Masyarakat Riau (bilik Kreatif Press,2004). “Kesenian Riau” diambil dari buku Atlas Kebudayaan Melayu Riau 2008 dan pengantarnya dari buku Pola Dasar Pembangunan Seni Budaya Provinsi Riau. Beberapa bagian dari Kesenian Melayu ini diambil dari Atlas Kebudayaan Melayu Riau tahun 2008 terbitan P2KK Universitas Riau. Sedangkan topik “Wisata Riau” diolah dari website Riau Tourism Board Riau dan Atlas Kebudayaan Melayu Riau. Bentuk pemaparan penulisan diolah demikian rupa menyesuaikan dengan hakikat publikasi dan diupayakan tidak memihak.

Mengapa kebudayaan Melayu? Kebudayaan Melayu melalui konsensus bersama yang ditetapkan dalam Kolokium Master Plan Riau 2020 di Hotel Sahid Pekanbaru, 25 Agustus 2002, ditetapkan sebagaii filosofi pembangunan Riau ke depan. Budaya Melayu menjadi "mahkota" menjadi roh, atau menjadi "pucuk jala pumpunan ikan". Untuk mewujudkannya, sejumlah nilai hakiki kebudayaan Melayu harus dijadikan landasan dan rujukan utama dalam pemikiran, perancangan, dan pelaksanaan pembangunan di Riau.

Sudah merupakan iktikad bersama masyarakat Riau, bahwa pengembangan, pembangunan, dan perubahan di seluruh kawasan Riau berpaksi pada kebudayaan dan peradaban Melayu. Riau merupakan titik temu kreativitas kebudayaan di Rantau Melayu. Kebudayaan dan peradaban Melayu merupakan bingkai khas di seluruh sudut kota-kota dan pelosok kampung di Riau. Riau kini adalah Riau sebagai miniatur Indonesia. Dari pengalaman sejarahnya yang panjang budaya Melayu Riau mampu dijadikan acuan konformitas bagi kelompok-kelompok etnik yang ada di Riau.

Pembangunan kebudayaan dan peradaban di Riau memperha¬tikan wilayah budaya Riau yang secara garis besar terbagi dua, yaitu pertama wilayah budaya kerajaan, yaitu Siak, Indragiri, Keritang, Pelalawan, dan Gunung Sailan. Kedua, wilayah budaya masyarakat adat dan suku asli, yaitu: Sakai, Akit, suku Hutan, Bonai, Talang Mamak, Petalangan, Orang atau Suku Laut/Duanu, Rokan, Tambusai, Kepenuhan, Rambah, Rantau Kampar, Rantau Kuantan dan Singingi.

Riau saat ini adalah Riau yang secara sungguh-sungguh menginginkan adalah kemajuan kreatif. Tidak hanya menyentuh lahiriah belaka tapi juga bersifat nilai. Karena kemajuan kreatif selalu bersifat terbuka dan berkecenderungan mendobrak stagnasi. Kekuatan Riau ke depan adalah kekuatan kebudayaan dinamik. Riau ke depan adalah Riau sebagai titik temu kreativitas kebudayaan di Rantau Melayu; Menyerlahkan kemampuan Melayu dalam pergaulan dunia; Menjadi sebuah wilayah warisan peradaban dunia, yang diperhitungkan dalam wilayah kesadaran regionalisme. Bidang-bidang itu mencakup diskursus yang disebut tradisi dan pola pikir, pembaruan sosial, ekonomi, politik, dan teknologi. Masuk pada kabilah ekonomi dunia Melayu. Riau mengarah memenuhi persyaratan masuk pada jaringan dunia Melayu itu. Masyarakat seni di Riau adalah masyarakat yang mengangkat karya-karya yang unggul di depan publik nasionalisme.

Tim Muhibah Seni-Budaya Melayu: Universitas Riau adalah tim yang memperkenalkan dengan memperagakan, menelaah, dan mencoba mendiskusikan kembali keragaman budaya Melayu Riau terutama bahasa dan kesenian di pelosok kampung di Riau. Eksistensialisme historis dan romantisme kampung pada seniman Riau kami anggap sebagai energi potensial membangun peradaban Riau baru di kancah regionalisme. Riau dalam berbagai diskusi-diskusi di berbagai belahan dunia disebut-sebut sebagaii wilayah yang lebih siap mendirikan sebuah "kerajaan budaya" yang dibangun di atas nilai-nilai sastra budayanya yang kuat, dengan demikian sejalanlah dengan semboyan kami sebagai Melayu Sejati.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites