Jumat, 28 Agustus 2009

Tim Muhibah Berlatih Silat ke Baturijal

Memupuk Kebersamaan


BATURIJAL (Puskalam)—Untuk mendapatkan pelatihan yang maksimal tentang silat tradisi, maka hampir seluruh tim muhibah bertandang ke Baturijal pada 8-9 Agustus 2009. Sebanyak 17 orang tim termasuk penyelenggara kegiatan dengan menggunakan bus Universitas Riau dan mobil X Trail milik ketua dan penanggung jawab kegiatan.

Perjalanan yang melelahkan fisik namun menyenangkan hati itu bertolak dari Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kemasyarakatan (P22KK) UR, usai latihan rutin pukul 16.00 WIB. Demi menjaga hitmad serta indahnya perjalanan, bus yang berkecepatan tinggi itu disetting sedemikian rupa menjadi pelan sehingga terkesan menikmati romantisme perjalanan.

Jelas terasa, selama perjalanan yang seyogyanya ditempuh dengan waktu kurang lebih 4,5 jam itu akhirnya mencapai finish hampir 9 jam. Sangat melelahkan, namun sekali lagi asyik. Indah, walau ada yang mabuk dan mual-mual. Yang lebih menarik, sepanjang perjalanan bertolak dari Pekanbaru, peserta dan tim panitia yang ada di bus, tidak henti-hentinya berlatih. Mulai dari lagu kayat, koba, pantun, syair dan berpuisi serta cerita-cerita dan anekdot lainnya dimainkan, kecuali tari. Karena memang tak ada ruang untuk itu. Jika ada tempat barangkali sudah banyak yang mendaftar. Itupun sempat dilarang, takut terjadi apa-apa, sebab busnya sudah mulai bergoyang.

Namun sebaliknya, sangat bertolak belakang dengan peristiwa yang terjadi di mobil X-Trail. Semua tertidur pulas, baik dalam perjalanan keberangkatan, maupun pulang. Kata salah seorang penumpang mobil tersebut, perjalanan sangat tidak enak. Jelas saja, karena mereka tidur pulas. Pemilik X-Trail juga mengungkapkan hal senada, ’’Saya tersiksa di dalam mobil itu. Bukannya terjadi hal-hal yang indah, malahan menyedihkan, mereka tidur pulas. Jika tahu seperti itu, lebih baik satu bus saja,’’ ungkapnya sambil tersenyum.

Rumah makan Nilam Sari di Sorek kontan saja menghentikan perjalanan yang sedang tanggung itu. Semua peserta tampak senang, gembira karena sesuatu yang ditunggu-tunggu akhirnya tercipta juga. Makan malam. Semua peserta mendapat hidangan yang lebih layak di ruang VIP RM Nilam Sari. Walau ada beberapa orang yang memilih makan di ruang biasa, itupun dikarenakan ada seorang dosen bahasa Jepang UR yang tak bisa di ruang ber AC. Ternyata setelah ditelusuri karena diperjalanan di sudah muntah-muntah.
Hampir pukul 23.00 WIB rombongan tiba di tempat tujuan Kampung Danau Baturijal yang merupakan salah satu dari Kenegerian Tiga Lorong. Tim disambut di sebuah rumah yang sudah disediakan sebelumnya. Dengan hidangan kopi dan teh panas, tim merasa bergembira melepas penat. Sambil terus bercerita, tentang perjalanan yang baru saja dilalui. Satu persatu mulai mengambil posisi sambil meluruskan tubuh merapat kehamparan tikar yang telah disiapkan. Senyap, tidur.

Pagi-pagi sekali, ada yang sudah bangun, dan kebiasaan mengorok tak terlupakan. Secara berjemaah melaksanakan sholat subuh. Sambil menunggu pagi dan sarapan pagi dengan lemang pulut ketan, serta tribol-nya (goreng teri) sangat menarik selera semua peserta. Semua tertawa dan tersenyum lepas, tanpa beban. Pas pukul 09.00 WIB sesuai jadwal latihan silat dengan grub Laman Pangean yang ada di Kenegerian Baturijal telah siap-siap memperagakan apa yang mereka miliki. Tentunya setelah pepatah petitih dan sekapur sirih disampaikan.

Sampai siang, grub silat pangean Kenegerian Baturijal memperagakan, usai makan siang, dilanjutkan dengan mentransfer ilmu kepada tim muhibah. Tim sangat puas, karena jadwal makan siang ada di dua tempat secara bersamaan. Di kediaman tempat berlatih silat dan satu lagi di rumah orang tua Winda Suci Pratiwi di Peranap. Ada yang berpikir, jangan makan kenyang dulu, nanti ada lagi. Sebagian lagi, isi dulu nanti pasti akan ada tempat jua untuk yang kedua. Ternyata itu semua membuahkan kisah yang tak terhingga.

Sorenya, latihan kembali dilanjutkan. Hingga menjelang magrib. Dilanjutkan makan malam. O bukan. Ada cerita yang terlupakan, mandi bersama di sungai Baturijal. Ternyata itu hanya mimpi saja, karena sehabis berfoto bersama di pulau pasir tepi sungai, semua terpaksa kembali ketempat pertunjukkan. Karena menurut instruksi Ketua dan Penanggung jawab waktu hanya diperbolehkan 30 menit saja. Pada hal beberapa orang telah buka baju dan menceburkan diri ke sungai yang terasa hangat-hangat kuku itu. Berbagai hayal dan harap hilang dalam angan para peserta yang tengah kepalang basah itu.

Baru dilanjutkan dengan sholat magrib bersama dan makan malam. Hidangan kampung yang sangat alami. Membuat peserta muhibah betah berlama-lama tinggal di sana. Kemudian latihan dilanjutkan, walau dipenghujung prosesi latihan terjadi pengarahan, namun tidak mengurangi kebersamaan antara tim dan grub silat tradisi beserta tuan rumah. Tepat pukul 22.00 WIB rombongan kembali bertolak ke Pekanbaru. Namun sebelumnya, tim sempat berkunjung ke posko mahasiswa KKN UR yang sedang menjalani tugas kampus tersebut sekitar 20 menit. Akhirnya perjalanan dilanjutkan dengan suka cita yang mendalam. Kontan saja, suara para peserta telah habis dan tubuh terasa sulit untuk digerakkan karena kelelahan. Lagi-lagi RM Nilam Sari di Sorek menghentikan perjalanan pulang. Semua peserta kembali istirahat menikmati hidangan tengah malam sekitar pukul 00.00 WIB. Walau ada yang tidak turun dari mobil karena kelelahan. Seribu cerita lahir dari perjalanan itu, dan itu merupakan kenangan yang sulit dilupakan sebagian peserta, karena sebagian lainnya banyak tidur.

Setibanya di Pekanbaru sekitar pukul 04.00 WIB menjelang subuh. Ada yang langsung pulang kerumah masing-masing ada yang menunggu jemputan dan banyak yang sudah terkapar di ruang olah seni P2KK UR. (mir-the real malay)

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites