Rabu, 05 Agustus 2009

Puisi-Puisi Amirullah II

TAK

Tak seorangpun mampu membunuh asa ini
Tak satupun ciptaan-Nya bisa melepaskan sayang ini
Tak satupun kata bisa menghapus bayangmu dari hati ini
Kalaupun mereka mau
Ia hanya bisa melukai hati ini
Namun
Sayang ini hanya padamu
Dan langkah akan tetap berjalan
Jika senyum itu masih ada
Tuk menuntunnya
Sungguh dengan anginpun aku engga berbagi
Saat ia membelai wajahmu
Namun hanya diam

PENANTIAN

Bunyi itu bagai dering petir menyambar
Saat telpon genggam memeluk telinganyamu
Ya aku merasa kaku seperti es
Hanya mampu menatap
Tak mampu berkata-kata
Sebab
Itu suara seberang
Yang selalu membuai anganmu
Ya aku bisa apa
Hanya bisa menelan lara
Sebab
Itu suara dari seberang
Ia seperti petir menyambar ulu hati
Aku terdiam
Aku terus menunggu senyum itu
Iapun tersenyumlah
Walau lelah menanti
Bagaikan mata pisau yang menyayat nadi
Belum ini punah
Jika cayahaya masih menyapa


MENGAPA

Mengapa tak biarkan lidah jujur pada bibir
Karena hati terus meronta
Inilah kenyataan
Hidup diantara dua hati
Mungkin ini bukan sebuah harap
Sebab
Hati lain sudah lama betenger di dahan rindum
Namun hati ini mengajarimu bersikap
Menntunmu memilih
Walau ia rapuh tuk rai hatimu
Saat ini
Aku membatu kelu
Menanti senyum itu


BENALU

Jangan kau jadikan aku benalu
Seperti duri dalam dagingmu
Yang menghentak menyiksamu
Setiap saat
Jangan jadikan aku benalu
Bagai pengganggu tidurmu
Yang membuyarkan mimpimu
Tiap kali tidurmu
Jangan aku kau jadikan benalu
Ibarat engkau melenggak lenggok di panggungmu
Yang menghentikan langkahmu
Aku hanya mau menjadi penuntun langkahmu

SAJADAH HIDUP

Telah Ku bentangkan kisah
Alam semesta jadi saksinya
Telah Ku pahatkan tujuan
Akal pikiran jadi walinya
Namun kau tetap memilih ke timur
Utara
Selatan
Bahkan memilih ke barat
Seperti Aku ini tak ada di hatimu
Apa gunanya semua itu
Termasuk engkau sendiri
Jangan tunggu Aku merakit kesengsaraan
Karena Aku ini maha penyayang
Kalianpun telah Aku lebihkan
Dari pencatat amal


sms Teman Wanita
Padaku


Dan kitapun akan menjalani hidup masing-masing
Aku terlalu cepat membunuh
Dan kau
Terlalu cepat berangkat

Tetapi nafas itu terlalu sulit ku mengerti
Disela-sela diam kita

Dan karena diam adalah menunggu
Maka
Akhirnya adalah sesuatu yang terlambat


31 Juli 2009 ketika sore…

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites